Supremasi Sistem Ekonomi Dunia: Era Perbudakan Modern

Era Perbudakan Modern

Era orang “beruang” lebih didengar daripada yang tidak. Bayangkan anda bisa cetak uang atau dollar sendiri dan diakui, banyak yang bisa anda lakukan dengan uang itu.

Dimulai dengan peperangan, kemudian pemenang berhak dengan kesewenangan membentuk sebuah sistem untuk menjaga legacy. Di mana founding father sistem ekonomi bertujuan untuk melanggengkan kekuasaannya. Diperkuat juga dengan menggandeng para ilmuwan.

Produk dari ilmu ekonomi ini salah satunya bisa disebut “manusia pasar”. Dibekali dengan keahlian modern yang tentu sudah diselaraskan dengan ilmu ekonomi dari sang pengatur.

Disinilah awal dari perbudakan modern dimulai dengan sistem uang. Perlu diketahui Federal Reserve memiliki otoritas untuk mencetak dolar AS. Federal Reserve dapat meningkatkan jumlah uang beredar melalui berbagai mekanisme seperti, operasi pasar terbuka dengan membeli obligasi pemerintah, yang kemudian dapat meningkatkan jumlah uang di tangan bank-bank komersial.

Quantitative Easing (QE) yaitu membeli obligasi pemerintah atau aset lainnya dalam jumlah besar untuk meningkatkan likuiditas di pasar keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Uang memainkan peran penting dalam praktik ini, orang-orang dieksploitasi demi keuntungan finansial. Tatanan sistem perbudakan modern meskipun telah dihapuskan secara hukum, namun mereka masih tetap ada dengan berbagai macam bentuk. Hal ini dilakukan tidak lain adalah untuk mengelabui aturan yang telah dibuat.

Perbudakan berbasis utang, orang terjebak dalam hutang yang tidak mungkin dapat terluniasi dalam waktu jangka pendek. Memaksa mereka bekerja keras dalam berbagai kondisi tertentu untuk melunasinya.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi perbudakan tetap berkembang dan subur. Faktor tersebut. Pertama, kemiskinan yaitu orang-orang yang miskin dan putus asa lebih rentan terhadap eksploitasi. Kedua, korupsi dari semua lini termasuk penegak hukum yang korup memungkinkan praktik perbudakan modern berlangsung. Ketiga, permintaan tinggi untuk pasar tenaga kerja murah yaitu perusahaan yang ingin menekan biaya produksi mungkin menggunakan tenaga kerja paksa.

Membedah Permasalahan pada Arus Bawah di Indonesia

Masyarakat arus bawah rumput dipaksa menjalankan sistem ini. Tak terelakkan karena sudah belajar ilmu yang sudah diatur founding father sistem ekonomi. Akibatnya produk dari sistem ini semakin banyak dan meluas yang menyebabkan "chaos" atau kegaduhan baru dalam kehidupan.

Para pejuang keluarga, masyarakat arus bawah harus terus menerima tantangan sistem yang bisa disebut kapitalisme. Ada penelitian yang dilakukan oleh theconversation dan SMERU research di tahun 2015, bahwa anak yang lahir dari keluarga miskin akan tetap miskin pada saat dewasa, dan anak yang lahir dari keluarga kaya akan memiliki akses yang lebih luas terhadap kekayaan.

Jadi yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin anggapannya karena sudah tersistem. Tidak hanya itu, pada tingkat gini rasio atau ketimpangan antara “si kaya” dan “si miskin” sangat besar. Ada yang menyebut bahwa tidak sampai satu persen harta orang terkaya di Indonesia menguasai lebih dari separuh harta akumulasi penduduk Indonesia, ini sudah menjadi rahasia umum masyarakat Indonesia.

Gini rasio juga terjadi di bidang infrastruktur antara di kota dan desa yang menyebabkan high cost economy di pedesaan dan daerah terpencil. Pada sistem perpajakan juga yang tak mampu meredistribusi kekayaan. Pada akhirnya masyarakat kelas bawah harus berjuang dengan jalannya sendiri-sendiri.

Padahal, trade off dari pertumbuhan adalah pemerataan. Masyarakat yang kurang mampu berada pada sektor pertanian yang kontribusinya terhadap ekonomi tidak terlalu besar, mereka lebih mementingkan sektor yang memiliki kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi, bisa industrialisasi dan perdagangan. Kebijakan ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati “si kayà” saja, sehingga membuat ketimpangan semakin lebar.

Sekali lagi memang sistem ekonomi selama ini memang dibuat begitu. Marketing political capture yang kuat di mana orang-orang kaya mampu mempengaruhi kebijakan yang menguntungkan mereka. Ini terlihat dari banyak praktik antara keterkaitan pengusaha, eksekutif, dan legislatif dan sebagainya.

Solusi Melawan Sistem

Kekuasaan yang telah tersistem dan terstuktur. Dan, dirasa memberikan dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. Ini, menjadi tugas bersama untuk mencarikan pengganti dengan sistem yang lebih beradab.

Mencapainya, tentu dibutuhkan kesadaran dan kerja bersama serta tahapan langkah yang terstruktur dan sistematis. Kolaborasi ini bisa dijalankan dengan berbagai pihak. Pertama, negara sebagai penjamin keamanan dan ketertiban warganya, bisa melakukan kajian-kajian dan merumuskan sistem bernegara dan berekonomi yang baik.

Kedua, kelompok-kelompok ilmuwan bisa melakukan uji-uji ilmiah dari sistem-sistem yang telah ada dan kemudian disesuikan dengan kultur yang terdapat di suatu negara tertentu. Sebab, tidak semua penemuan akhirnya bisa diterapkan dalam segala budaya dan tradisi.

Ketiga, secara personal, tidak berhenti melakukan perbaikan diri agar bisa menjadi manusia yang utuh. Sebab, kualitas diri ini nantinya akan menentukan kehidupan yang lebih baik, selain itu, bisa memberikan dampak kepada linkungan sekitar.

Apabila hal-hal tersebut terjalankan secara maksimal, maka, kehidupan masyarakat yang sejahtera akan terwujud. Sistem perbudakan modern yang tidak manusia, akan segera tergantikan oleh sistem terbaru. Keterbaruan ini akan menciptakan cara kerja, bersosial dan berekonomi yang berbeda pula.

Penulis : Muhammad Sulton

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama