Krisis Idealisme Mahasiswa

Krisis Idealisme Mahasiswa

Idealisme adalah sebuah konsep yang pertama kali digagas dalam dunia filsafat oleh Plato, menekankan pentingnya ide yang hadir dalam jiwa. Dalam konteks pelajar, idealisme menjadi prinsip mendasar yang seharusnya membimbing mereka dalam mencari kebenaran dan menolak ketidakbenaran. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa idealisme di kalangan pelajar semakin memudar.

Padahal, idealisme sangat penting karena berhubungan erat dengan lima tugas dan fungsi siswa: agen perubahan, penjaga nilai, cadangan masa depan, kekuatan moral, dan pengontrol sosial.

Saat ini, banyak siswa yang pasif dan lebih memilih berada di zona nyaman, menghindari risiko untuk menjalankan peran mereka. Seperti yang dikatakan Najwa Shihab, jika idealisme adalah kemewahan yang hanya dimiliki oleh pemuda, lalu apa arti masa kuliah tanpa keberanian mengambil sikap? Mahasiswa harus lebih dari sekedar pelajar mereka harus menjadi penggerak perubahan yang memahami dan menanggapi masalah di sekitar mereka.

Sejarah menunjukkan betapa kuatnya idealisme mahasiswa dalam mempengaruhi perubahan sosial dan politik. Mahasiswa berperan penting dalam mengontrol berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan menantang kekuasaan Presiden Soeharto.

Seperti fenomena sejarah yang mana ini adalah periode pertama kepemimpinan NKRI. Jatuhnya Soekarno dari kursi Presiden pertama RI merupakan peristiwa politik yang cukup menarik dan sangat bersejarah.

Dimulai dengan Supersemar yang memberi 'mandat' kepada Jenderal Soeharto dalam rangka untuk memulihkan keamanan dan politik yang saat itu kacau pasca peristiwa G30S 1965 serta aksi mahasiswa yang menuntut Tritura hingga sampai ditolaknya Pidato Nawaksara yang disampaikan oleh Presiden Soekarno di hadapan MPRS.

Pada tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Tritura. Isi Tritura adalah:

• Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya

• Perombakan kabinet Dwikora

• Turunkan harga pangan

Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan perombakan kabinet. Dalam kabinet itu duduk untuk simpatisan PKI Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi pemaksaannya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Soekarno, seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim tewas tertembak.

Dimulai dari jatuhnya presiden pertama yaitu Ir.soekarno orde lama dan digantikan oleh Bapak Soeharto, dan pada masa kepemimpinan beliau, sepak terjang mahasiswa sangat dibatasi oleh pemerintahan dimulainya pembubaran DEMA UNIVERSITAS dan hanya digantikan oleh SEMA FAKULTAS. Dari situ kita dapat melihat bahwa pergerakan mahasiswa itu sangat bermanfaat bagi pemerintahan.

Ketika kita menyebut kata mahasiswa, pasti yang terlintas adalah kata aktivisme seseorang yang teguh dalam menyuarakan kebenaran yang ada. Pada zaman orde lama sampai orde baru banyak lahir nama-nama aktivis yang sangat populer dikalangan masyarakat, dimulai dari aktivisme dari kalangan pelajar sampai kalangan masyarakat itu sendiri dimulai dari nama Soe Ho Gie, Widji Tukul, Munir Said Thalib, Marsinah, Faizol reza, Mugianto , Drs. H. Wahyu Sardono dan masih banyak sekali nama-nama yang lainnya.

Banyak juga mengutip kata dari mereka yang diantara adalah “saya akan berdemonstrasi karna membiarkan kesalahan adalah kejhatan” Soe Ho Gie, “jika kalian menghamba pada ketakutan, kita memperpanjang barisan bertahan” Widji Tukul, “Bahaya terbesar adalah ketakutan di kepala kita . Ketakutan yang disebarkan sistem yang ada kepada kita. Ketakutan inilah rintangan terbesar dalam perjuangan” Munir Said Thalib dan masih banyak lagi.

Selanjutnya seorang mahasiswa ktivis sekaligus intelektual yang selalu bersinggungan dengan ilmu-ilmu sosial dan hukum seperti Soe Hok Gie dan Munir Said Thalib menunjukkan betapa idealisme dapat menjadi kekuatan yang menakutkan bagi pemerintahan yang sewenang-wenang. Namun, siswa saat ini tampak kehilangan semangat tersebut. Mereka lebih fokus pada akademisi dan masa depan pekerjaan, mengabaikan peran historis mereka sebagai pengontrol pemerintah.

Dulu sekarang hingga idealisme adalah pengontrolan sejati. Saat idealisme luntur pemerintah dapat bertindak tanpa kontrol, seperti yang terlihat hari ini dalam kasus UU Cipta Kerja dan KUHP baru yang menguntungkan oligarki. Mahasiswa yang dulu menjadi suara rakyat kini bagaikan kehilangan marwahnya. Mereka lebih banyak diam dan membiarkan diri dikendalikan oleh pihak-pihak tertentu.

Jika terus seperti ini, peran pelajar sebagai ujung tombak suara rakyat hanya akan menjadi sejarah belaka. Untuk memahami pentingnya idealisme, kita juga dapat merujuk pada idealisme dalam filsafat Jerman, yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Immanuel Kant, Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Joseph Schelling, dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel.

Untuk memahami pentingnya idealisme, kita juga dapat merujuk pada idealisme dalam filsafat Jerman, yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Immanuel Kant, Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Joseph Schelling, dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Filsafat idealisme Jerman menekankan bahwa kenyataan sejati adalah kenyataan yang dipahami oleh pikiran. Kant, misalnya, berpendapat bahwa pengalaman manusia dibentuk oleh kategori-kategori pemikiran kita sendiri, sehingga dunia yang kita pahami adalah konstruksi dari kesadaran kita.

Dalam bukunya, “Critique of Pure Reason,” Kant menjelaskan bahwa “pemahaman tidak menarik kesimpulan dari pengalaman, tetapi menentukan pengalaman itu sendiri” (Kant, 1781).

Fichte mengembangkan gagasan ini lebih jauh dengan menyatakan bahwa kesadaran manusia adalah dasar dari semua realitas, dan tindakan manusia adalah permulaan dari kebebasan yang hakiki. Schelling dan Hegel kemudian memperluas konsep ini dengan memperkenalkan dialektika, di mana realitas dan pikiran berkembang melalui proses konsistensi dan penyelesaian. Hegel, khususnya, melihat sejarah sebagai perkembangan roh yang menuju kebebasan dan kesadaran diri yang lebih tinggi.

Dalam “Phenomenology of Spirit,” Hegel menyatakan bahwa “apa yang masuk akal adalah aktual, dan apa yang aktual adalah masuk akal” (Hegel, 1807), menunjukkan bahwa dunia ideal dan dunia nyata harus saling berhubungan.

Ajaran idealisme Jerman ini mengajarkan bahwa dunia tidak terlepas dari kesadaran kita; sebaliknya, dunia adalah hasil dari proses mental dan spiritual yang terus berkembang. Idealisme ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari dalam diri manusia, dari cara kita berpikir dan memahami dunia.
Mahasiswa Akan Tumbuh Kuat Dengan Idealisme Sejati Kebenaran (Kebajikan Publik Realita)
Mahasiswa perlu menumbuhkan kembali idealisme dan berpikir kritis. Idealisme bukanlah sesuatu yang harus diawali dengan kenyataan, melainkan sesuatu yang harus menyatu dengannya. Seperti yang dikatakan Altami ND, mimpi hanya dapat terwujud jika idealisme dan kenyataan berjalan bersama. Raymond Williams juga menekankan bahwa idealisme diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih aman dan rasional.

Untuk mengembalikan marwah mahasiswa, diperlukan pemahaman mendalam tentang tugas dan fungsi mereka. Mahasiswa harus benar-benar memahami makna dari setiap kata dalam tugas dan sumpah mereka. Tanpa idealisme, peran pelajar sebagai agen perubahan akan hilang. Oleh karena itu, mahasiswa harus berani mengambil sikap, menghidupkan kembali semangat idealisme, dan menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab.

Mahasiswa adalah masa depan bangsa. Mereka harus menjadi penggerak perubahan, menjaga nilai-nilai kebenaran, dan menjadi suara rakyat. Idealisme harus menjadi pilar utama dalam setiap langkah yang mereka ambil. Hanya dengan idealisme yang kuat, mahasiswa dapat melanjutkan perjuangan dan mewujudkan impian untuk Indonesia yang lebih baik.

Penulis : A. Misbakhul Khoir

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama