Di era penggunaan gadget yang menjamur, sering sekali pengguna dihadapkan dengan pilihan piranti lunak “Software” yang terkadang mengharuskan untuk membeli lisensi. Sayangnya, tidak sedikit pengguna memanfaatkan banyaknya piranti lunak bajakan yang bertebaran bebas di Internet.
Sebagian besar pengguna merasa diuntungkan dengan adanya versi bajakan dari sebuah perangkat lunak karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkan fitur premium. Tapi, apakah mereka memahami dampak dari keputusan yang diambil untuk menggunakan versi bajakan?
Pemerintah mengatur undang-undang terkait pelanggaran hak cipta yang berhubungan dengan penggunaan dan atau pendisitribusian piranti lunak dalam Pasal 113 ayat (3) dan (4) UU Hak Cipta yang berisi sebagai berikut:
1. Ayat (3) : “Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
2. Ayat (4) : “Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).”
Selain adanya undang-undang juga terdapat bahaya yang cukup fatal bagi pengguna atas keputusan untuk menggunakan piranti bajakan, yang mana itu dapat menyebabkan kehilangan data dan bahkan memungkinkan terjadinya kerusakan perangkat keras “Hardware”.
Kurangnya edukasi terhadap pengguna terkait dampak hukum dan dampak pribadi terhadap penggunaan piranti lunak bajakan adalah mungkin salah satu penyebab terbesarnya. Namun, kebanyakan mengabaikan meskipun sudah mengerti akan dampak yang ditimbulkan karena tergiur fitur tambahan yang lebih lengkap dari sebuah piranti lunak yang digunakan.
Bagian terburuknya adalah tidak sedikit yang menyebarkan piranti bajakan melalui situs web yang tidak terjaring firewall block dari pihak keamanan provider internet maupun negara, dan bahkan itu dilakukan secara bebas dengan keuntungan tertentu.
Bahaya Penggunaan Piranti Bajakan
Konsekuensi hukum dari pembajakan perangkat lunak bisa sangat parah – beberapa negara menerapkan hukuman penjara bagi program pembajakan, seringkali juga dengan denda yang besar. Namun konsekuensi hukum bukanlah satu-satunya bahaya yang mengintai.
Perangkat lunak bajakan dapat dipenuhi dengan file berbahaya dan sampah lainnya yang dapat menyebabkan masalah serius pada perangkat. Praktikkan pencegahan pembajakan perangkat lunak untuk melindungi data dan perangkat pribadi dari risiko keamanan.
Kemungkinan bahaya pembajakan meliputi:
- Malware: Mendapatkan perangkat lunak ilegal gratis disertai dengan biaya tersembunyi, seperti kemungkinan adanya malware yang tersembunyi di dalam program bajakan. Jenis malware termasuk ransomware, spyware, dan virus. Peretas dapat menggunakan perangkat lunak bajakan sebagai umpan untuk menyebarkan malware.
- Adware: Adware adalah jenis perangkat lunak berbahaya yang membanjiri perangkat dengan spanduk, pop-up, dan iklan mengganggu lainnya. Meskipun tidak selalu ilegal, adware dapat mengirim spam tanpa henti, dan dapat menjadi sarana untuk menyebarkan malware
- Situs web berbahaya: Untuk mengunduh perangkat lunak bajakan, pengguna biasanya perlu mengunjungi situs tidak aman yang menyediakan perangkat lunak ilegal. Karena situs-situs ini mungkin beroperasi di luar hukum, mengunjungi situs-situs tersebut dapat membahayakan keselamatan dan privasi prngguna. Situs web berbahaya, termasuk situs torrent, bisa penuh dengan iklan berbahaya, file terinfeksi, dan risiko lainnya.
- Pencurian identitas: Pembajak perangkat lunak mungkin merupakan peretas yang menyamar, menawarkan sesuatu secara gratis untuk menyusup ke jaringan yang digunakan dengan malware dan mencuri identitas pengguna.
- Kerusakan pada perangkat: Perangkat lunak mungkin hanya berupa kode digital, namun dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada perangkat keras. Ransomware, misalnya, menyandera data penting dan terkadang menghapusnya secara permanen, sehingga perangkat tidak dapat digunakan. Jenis malware lain dapat mematikan sistem pendingin perangkat, sehingga merusak perangkat kerasnya.
- Kurangnya pembaruan: Bahkan
perangkat lunak bajakan yang bebas malware dapat membuat pengguna rentan
terhadap serangan atau infeksi. Sebagian besar perangkat lunak bajakan
tidak dapat diperbarui, sehingga kurang bisa terhindar dari virus dan
lebih rentan terhadap malware dan ancaman lainnya.
Bagaimana
melindungi dari pembajakan perangkat lunak
Memahami berbagai jenis pembajakan perangkat lunak dapat membantu menghindari pencurian perangkat lunak dan konsekuensinya. Berikut adalah beberapa aturan umum yang perlu diingat untuk membantu melindungi pengguna dari pembajakan:
- Beli hanya dari penjual resmi. Saat membeli perangkat lunak, pilihan teraman adalah membeli langsung dari pengembang atau toko aplikasi resmi seperti App Store atau Google Play. Jika ingin membeli Microsoft Office, kunjungi situs web Microsoft. Membeli dari vendor resmi juga aman, termasuk pengecer besar seperti Amazon dan Best Buy. Hindari vendor yang tidak dikenal, apalagi yang menawarkan harga sangat murah
- Ikuti hukum. Mungkin tidak mudah untuk memahami semua hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait pembajakan perangkat lunak, dan DMCA memberikan pengecualian ketika pengguna boleh menghindari tindakan kontrol akses yang melindungi hak cipta. Gunakan akal sehat: jangan gunakan perangkat lunak berlisensi berbayar yang tidak di beli dan jangan memberikan perangkat lunak berlisensi kepada orang lain.
- Hindari toko aplikasi pihak ketiga. Kita mungkin terbiasa mengunduh aplikasi dari toko aplikasi resmi seperti App Store Apple dan Google Play. Namun ada vendor lain yang tidak sah yang dikenal sebagai toko aplikasi pihak ketiga yang mungkin tidak aman. Toko-toko ini mungkin tidak memiliki perlindungan dan keamanan seperti toko aplikasi resmi dan pasar resmi lainnya, sehingga memudahkan perangkat lunak berbahaya untuk lolos. Dan ini juga merupakan tempat di mana para pembajak dapat mencantumkan aplikasi palsu.
- Tinjau perjanjian lisensi pengguna akhir. Kapan pun membeli perangkat lunak, tinjau perjanjian lisensi serta syarat dan ketentuannya. Ini mungkin tampak membosankan dan tidak perlu, namun di sinilah perusahaan menjelaskan kondisi penggunaan perangkat lunak mereka, dan meluangkan waktu untuk membaca dapat membantu mempelajari apakah boleh berbagi perangkat lunak atau tidak.
Gunakan versi gratis atau Opensource
Alternatif untuk mendapatkan fitur yang mendekati dengan fitur premium dari sebuah piranti lunak adalah dengan menggunakan piranti lunak gratis atau sumber terbuka. Mungkin ini akan sedikit berbeda namun sebenarnya adalah sama, dan sangat efektif dalam menjaga masa pakai perangkat keras dan meilindungi data-data pribadi.
Contoh piranti lunak alternatif:
· Microsoft Office: Jika sebelumnya kita terbiasa dengan Micorosoft Office namun keberatan untuk membeli lisensinya, sebagai alternatif online mungkin kita menggunakan Google Docs dan variannya. Sementara untuk alternatif permanen tanpa koneksi kita bisa menggunakan LibreOffice yang memiliki kesamaan dengan versi terbaru dari Micorsoft Office hingga 98%.
· Adobe Premiere: Jika terbiasa dalam melakukan editing video, mungkin CapCut adalah alternatif terbaik saat ini yang bisa digunakan secara gratis tanpa harus membeli lisensi apapun sudah memiliki editing premium dengan standar production.
· Adobe Photoshop: GIMP adalah alternatif gratis terbaik untuk Photoshop yang mana ini memiliki kemampuan yang sama dan antarmuka yang mirip. Namun, mungkin pengguna diharuskan untuk membiasakan shortcut yang sedikit berbeda.
· CorelDRAW: Alternatif 1 banding 1 adalah Inkscape yang benar-benar sama. Bahkan memiliki tingkat kesulitan yang lebih rendah untuk dipelajari.
Ada banyak sekali piranti lunak pengganti yang bisa digunakan secara gratis, namun kebanyakan pengguna tidak terbiasa karena kurangnya eksplorasi serta tingkat penggunaan yang rendah karena kurangnya popularitas dari suatu piranti lunak gratis atau opensource.
Dengan terus berkembangnya platform
informasi dan media sosial harusnya pengguna lebih mudah dalam mendapatkan
edukasi terkait keamanan data serta perangkat yang digunakan. Termasuk edukasi
terkait bahaya penggunaan piranti ilegal yang mungkin menawarkan fitur lebih
namun dengan resiko yang sangat fatal.
Penulis : Slamet Bejo
Posting Komentar