Hilangnya Marwah Mahasiswa (1)


Dalam sejarah panjang Indonesia, mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial dan politik. Mereka sering kali menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan keadilan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran yang berkembang mengenai hilangnya marwah mahasiswa.

Istilah “marwah mahasiswa” mengacu pada kehormatan, martabat, dan nilai-nilai idealisme yang dianut oleh mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. Ini mencakup semangat kritis, independen, dan keinginan untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan tanpa pamrih. Marwah mahasiswa juga terkait erat dengan integritas dan tanggung jawab sosial mereka sebagai generasi muda yang terdidik.

Salah satu tanda yang paling jelas dari hilangnya marwah mahasiswa adalah menurunnya tingkat aktivitas di kalangan mahasiswa. Demonstrasi dan aksi sosial yang dulu sering dilakukan kini jarang terlihat karena gejolak materialis di sekitar mahasiswa.

Mahasiswa lebih fokus pada kegiatan akademik dan pencapaian individu daripada terlibat dalam isu-isu sosial. Mereka lebih sibuk dengan urusan pribadi dan akademik, sehingga sering kali absen dalam berbagai aksi protes atau kegiatan sosial yang memerlukan solidaritas dan kerja sama.

Penurunan ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang lebih memilih jalan pragmatis dalam hidup mereka. Mereka cenderung fokus pada materi karir dan kesuksesan dibandingkan memperjuangkan nilai-nilai idealis. Hal ini terlihat dari meningkatnya minat terhadap kegiatan-kegiatan yang fokus pada dunia kerja, seperti seminar karir, magang, dan kompetensi bisnis.

Selain itu, mahasiswa sekarang kurang terlibat dalam isu-isu sosial dan politik. Ketertarikan mereka terhadap politik seringkali bersifat pasif, dan mereka lebih sering menjadi pengamat daripada pelaku perubahan. Kurangnya keterlibatan ini menunjukkan bahwa semangat kritis yang dulu menjadi ciri khas mahasiswa mulai memudar. Nilai-nilai kolektivisme dan solidaritas yang dulu kuat kini digantikan oleh individualisme.

Mahasiswa lebih mementingkan diri sendiri dan kesuksesan pribadi daripada bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka cenderung lebih tertarik pada kegiatan yang memberikan manfaat langsung kepada mereka secara individu, daripada terlibat dalam kegiatan yang berorientasi pada kepentingan bersama.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya marwah mahasiswa. Salah satu yang utama adalah tekanan ekonomi. Meningkatnya biaya pendidikan dan kebutuhan ekonomi memaksa siswa untuk lebih fokus pada studi dan pekerjaan paruh waktu. Mereka memiliki sedikit waktu dan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan politik, lebih tepatnya pada kontrol sosial.

Perubahan sistem pendidikan yang semakin kompetitif dan berorientasi pada hasil juga berkontribusi. Sistem ini membuat peserta didik lebih fokus pada nilai akademik dan prestasi individu, sehingga pendidikan yang seharusnya membentuk karakter dan kepedulian sosial kini lebih mengarah pada pencapaian akademik.

Pengaruh teknologi dan media sosial juga tidak bisa diabaikan. Teknologi dan media sosial memiliki dampak besar pada pola pikir mahasiswa. Alih-alih menggunakan teknologi sebagai alat perubahan sosial, banyak siswa justru tenggelam dalam budaya konsumerisme dan hiburan.

Mereka yang sebutannya masyarakat ilmu lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada terlibat langsung dalam tindakan nyata yang berpusat pada kemurnian ilmu pengetahuan. Kurangnya figur-figur panutan di kalangan mahasiswa dan alumni yang dapat menginspirasi dan membimbing generasi muda untuk terlibat dalam aktivitas sosial juga menjadi faktor penting. Mahasiswa membutuhkan panutan yang dapat memberikan contoh bagaimana menjalani hidup dengan penuh integritas dan semangat perjuangan.

Hilangnya marwah mahasiswa membawa dampak signifikan bagi masyarakat dan bangsa. Tanpa keterlibatan pelajar aktif dalam isu-isu sosial, perjuangan untuk keadilan dan perubahan sosial menjadi lebih lambat. Mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan justru kehilangan daya kritis dan semangat idealisme untuk menuntaskan diri sebagai agen perubahan.

Hal ini dapat menyebabkan stagnasi sosial dan kurangnya inovasi dalam penyelesaian masalah-masalah sosial. Untuk mengembalikan marwah mahasiswa, diperlukan berbagai upaya terpadu. Salah satu langkah penting adalah revitalisasi pendidikan karakter. Pendidikan di kampus harus lebih menekankan pada pembentukan karakter, kepedulian sosial, dan nilai-nilai idealisme.

Kontrol sosial penting dilakukan siswa sebagai upaya perubahan sosial yang signifikan dan efektif

Selain itu, perlu ada dorongan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan politik sejak dini, serta menyediakan ruang dan dukungan bagi mereka untuk beraktivitas secara kolektif. Dalam menghadapi tantangan zaman, mahasiswa harus menemukan kembali jati dirinya sebagai agen perubahan.

Penulis : A. Misbakhul Khoir


#itbadla #mahasiwaindonesia

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama