Fenomena Surplus Peluang dan Kesabaran

 


Selama bulan Ramadhan adanya fenomena bisnis mengacu pada perubahan perilaku konsumen dan strategi bisnis yang adaptif. 

Bulan suci ini, terdapat peningkatan permintaan terhadap produk-produk tertentu terutama makanan dan minuman untuk berbuka puasa dan sahur. 

Hal ini menciptakan peluang bisnis yang signifikan bagi para pelaku usaha.
Menurut sebuah studi Communnity Development Journal (Kharisma F: 2024):
1. Perubahan Pola Konsumsi: Selama bulan Ramadhan perilaku konsumen cenderung berubah. Ada peningkatan permintaan pada produk-produk tertentu seperti makanan, minuman, pakaian, dan barang-barang keagamaan.

2. Fokus pada Kebutuhan Religius: Konsumen lebih cenderung membeli produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan, seperti pakaian untuk sholat, Al-Qur'an, dan makanan untuk berbuka puasa dan sahur.

3. Waktu Pembelian: Pola waktu pembelian juga berubah, dengan peningkatan aktivitas belanja menjelang waktu berbuka puasa dan pada malam hari.

4. Pemasaran yang Disesuaikan: Perusahaan perlu menyesuaikan strategi pemasaran mereka dengan nilai-nilai religius dan budaya yang relevan. Ini bisa mencakup penggunaan simbolsimbol keagamaan dalam iklan, menawarkan produk spesial Ramadhan, dan memanfaatkan media yang banyak diakses selama bulan suci.

5. Promosi dan Diskon: Banyak perusahaan memberikan promosi khusus dan diskon selama Ramadhan untuk menarik konsumen. Ini termasuk paket hemat untuk berbuka puasa, diskon
khusus pada barang-barang keagamaan, dan penawaran khusus pada produk makanan dan minuman.

6. Komunikasi Pemasaran: Strategi komunikasi pemasaran selama Ramadhan sering kali menekankan nilai-nilai seperti kebersamaan, amal, dan spiritualitas. Iklan dan kampanye sering dirancang untuk menyentuh emosi konsumen dan menekankan pentingnya berbagi dan beramal selama bulan suci.

Perubahan ini menuntut pelaku bisnis untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang spesifik selama Ramadhan.

Selain itu, bulan Ramadhan juga mendorong pelaku bisnis untuk berinovasi dalam produk dan layanan mereka. Sebagai contoh bisnis makanan dan minuman dapat menciptakan menu khusus rasa manis dan gurih untuk berbuka puasa, hinggastrategi pengemasan produk agar lebih menarik dan praktis.

Namun, tingginya permintaan ini juga meningkatkan persaingan di pasar. Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu menjaga kualitas produk dan layanan mereka untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.

Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi momentum bagi pelaku usaha untuk meningkatkan program loyalitas pelanggan, misalnya dengan memberikan poin reward ekstra atau hadiah spesial bagi pelanggan setia.

Di sisi lain, bulan Ramadhan juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran dan pengendalian diri. Menurut KH Abdul Muiz Ali, kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan umat Islam dianjurkan untuk menghindari perbuatan yang diharamkan dan menjaga diri dari hal-hal negatif yang dapat membatalkan puasa hingga membatalkan pahalanya. (mui.or.id)

Nilai kesabaran berpuasa ini dapat diintegrasikan dalam praktik bisnis, di mana pelaku usaha tidak hanya mengejar keuntungan semata tetapi juga mempertimbangkan aspek moral dan sosial dalam operasional mereka.

Dengan demikian, fenomena surplus peluang (Ramadhan Effect) tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi kesempatan bagi pelaku usaha memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan menginternalisasi nilai-nilai kesabaran dalam menjalankan bisnis mereka. (NurulHuda)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama