Socioprenaur Hanya Cerita (1)

Cerita

Pada masa-masa pasca SMA Petruk dan Bagong memilih jalannya sendiri-sendiri yang mana si Petruk berkuliah di Intitut Ekonomi. Pada waktu yang sama di gubuk tengah sawah si Bagong mengatakan pada Petruk dia tetap di desa kerja jadi petani kedelai atau kerja apapunlah yang penting bisa memenuhi kebutuhan hidup.

4 Tahun kemudian gara-gara Petruk tidak mau lanjut studi lagi ia memilih pulang di Desa Lamong. Setelah ia pulang ke rumahnya di Gang Buncis Nomor 02, Lalu Petruk nyari Bagong kerumahnya yang jauhnya berjarak 80 rumah. Ketemulah dengan Bagong yang kemudian diajaklah ke sawah, waktu itu sore sehingga cukup estetik menikmati sore hari di gubuk punakawan julukannya.

Saat berbincang dengan Bagong, Petruk mengatakan "saya Gong, dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan tekad, dan memiliki impian untuk mengubah nasib desa ini dengan memanfaatkan teknologi dan kearifan lokal". "Oh ya bener Truk, mumpung aku sekarang tidak hanya petani kedelai tapi juga memulai jadi pengusaha tempe (Tapi.. aku sembrono dadi pengusaha akhirnya turun kelas lagi tetep dadi petani kedelai)" kata Bagong menjawab presentasi singkat Si Petruk.

Desa tempat Petruk tinggal dikenal sebagai penghasil tempe, makanan fermentasi kedelai yang sangat populer di Indonesia. Namun, meski hasil tempe desa mereka berkualitas tinggi, para petani tempe menghadapi masalah besar. Masalah tersebut adalah Penjualan yang tidak stabil dan kurangnya inovasi dalam proses produksi.

Petruk memutuskan untuk mengatasi masalah ini dengan pendekatan sociopreneurship, menggabungkan prinsip kewirausahaan sosial dengan teknologi modern. Pertama, dia mengadakan pertemuan dengan para petani tempe untuk memahami tantangan yang mereka hadapi. Dia menyadari bahwa salah satu masalah utama adalah proses fermentasi yang memakan waktu dan tidak selalu konsisten.

Dengan bantuan beberapa teman insinyur dan ahli bioteknologi, Petruk mengembangkan sebuah sistem fermentasi otomatis yang menggunakan sensor dan algoritma untuk memantau suhu dan kelembaban. Sistem ini juga dilengkapi dengan aplikasi smartphone yang memungkinkan petani untuk memantau proses fermentasi dari jarak jauh.

Petruk mempresentasikan ide ini kepada petani, yang awalnya skeptis. Namun, setelah beberapa demonstrasi dan uji coba, mereka mulai melihat hasilnya. Tempe yang dihasilkan lebih konsisten dan berkualitas tinggi, dan waktu fermentasi dapat lebih efektif.

Namun, Petruk tidak berhenti di situ. Dia tahu bahwa untuk benar-benar merubah keadaan, dia harus memastikan bahwa produk tempe desa dapat diakses oleh pasar yang lebih luas. Dia mendirikan sebuah koperasi tempe yang menghubungkan para petani dengan pasar lokal dan nasional.

Dengan menggunakan platform e-commerce, mereka dapat menjual tempe mereka secara online, memperluas jangkauan pasar mereka. Untuk memastikan bahwa koperasi berjalan dengan baik, Petruk juga melibatkan para petani dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan pelatihan tentang manajemen bisnis dan pemasaran digital. Ini memberdayakan mereka tidak hanya sebagai produsen tetapi juga sebagai pengelola bisnis mereka sendiri.

Dari hasil inisiatif ini, desa Petruk mulai mengalami perubahan signifikan. Pendapatan para petani meningkat, dan mereka memiliki lebih banyak kontrol atas masa depan ekonomi mereka. Selain itu, sistem fermentasi otomatis yang dikembangkan Petruk menjadi model yang bisa diterapkan di desa-desa lain yang bergantung pada produksi tempe.

2 Tahun berlalu.. Langkah demi langkah terus melaju sehingga Petruk mengambil peran dan pengalaman di desanya dengan keahlian Marketing Developer dalam pengembangan Socioprenaur di Desa Lamong yang kemudian ia melanjutkan kuliahnya ke jenjang lebih tinggi. Si Bagong jadi direktur Koperasi Tempe Makmur. Mereka berdua tetap pada visinya walaupun dikenal sebagai petani yang sembrono dengan adanya Petruk sahabat kecil hingga tua, tetap saling support halangan dan rintangan tak jadi masalah.

Petruk dan Bagong dengan masa lalu yang cukup mengerti masa mudanya, menjelang dewasa mereka berdua tetap visioner. Contoh cerita ini menggambarkan secara singkat dari sociopreneurship yang berhasil mengatasi tantangan komunitas masyarakat yang sebenarnya potensial tapi setiap orang pasti ada sisi kelemahannya. Bersambung..

Penulis : Huda

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama