Lamongan—Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis telah menjadi perhatian serius di berbagai wilayah, termasuk di Dusun Kedungbulu, Desa Kedungdadi, Sugio, Lamongan. Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Lamongan, kelompok 7, mengadakan sosialisasi pencegahan stunting pada balita di Posyandu Dusun Kedungbulu pada tanggal 8 Agustus 2024.
Kegiatan sosialisasi ini dilandasi untuk menopang indonesia emas 2045 juga diperlukan masyarakat yang sehat juga, kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat, khususnya para ibu dan calon ibu, tentang pentingnya menjaga asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi balita. Mahasiswa KKN ITB AD Lamongan Kelompok 7 bekerja sama dengan Bidan Nanik sebagai pemateri untuk menyampaikan informasi penting terkait stunting, termasuk penyebab, dampak, dan cara pencegahannya.
Kegiatan ini dihadiri oleh para ibu balita dan calon ibu yang tinggal di Dusun Kedungbulu, serta beberapa tamu undangan. Bidan Nanik, yang memiliki pengalaman luas dalam bidang kesehatan ibu dan anak, bertindak sebagai pemateri utama dalam acara tersebut. Selain itu, sesi tanya jawab juga dihadiri oleh Ibu Niken, salah satu tamu undangan yang aktif mengajukan pertanyaan terkait kesehatan balita.
Sosialisasi ini berlangsung di Posyandu Dusun Kedungbulu, Desa Kedungdadi, Sugio, Lamongan, pada tanggal 8 Agustus 2024. Acara ini diadakan di pagi hari, sehingga para peserta dapat dengan mudah menghadiri tanpa harus mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.
Dusun Kedungbulu menjadi salah satu wilayah yang memiliki angka stunting cukup tinggi. Banyak balita di daerah ini mengalami masalah gizi buruk yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingginya angka pernikahan di bawah umur. Pernikahan dini sering kali berujung pada kurangnya pengetahuan dan kesiapan pasangan muda dalam merawat serta memenuhi kebutuhan gizi anak, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan balita mereka.
Bidan Nanik menjelaskan, “Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sangat krusial. Pada masa ini, ibu dan anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mencegah stunting. Jika tidak, dampaknya bisa berkepanjangan hingga anak dewasa.”
Kegiatan sosialisasi dimulai dengan pemaparan oleh Bidan Nanik tentang apa itu stunting, bagaimana stunting terjadi, serta dampaknya pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Para peserta juga diajarkan cara-cara praktis untuk menjaga pola makan anak yang seimbang dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Dalam sesi tanya jawab, Ibu Niken bertanya, “Bagaimana cara kita mengetahui apakah anak kita berisiko mengalami stunting, Bu?” Bidan Nanik menjawab, “Tanda-tanda stunting bisa terlihat dari pertumbuhan anak yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Namun, untuk kepastian, sebaiknya rutin memeriksakan anak ke posyandu atau puskesmas untuk memantau tinggi dan berat badan anak sesuai dengan usianya.”
Diharapkan melalui kegiatan sosialisasi ini, masyarakat Dusun Kedungbulu menjadi lebih sadar akan pentingnya gizi seimbang untuk tumbuh kembang anak, serta pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang lebih matang demi kesehatan ibu dan anak di masa depan. Mahasiswa KKN ITB AD Lamongan berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan balita di Dusun Kedungbulu dan menurunkan angka stunting di daerah tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang edukasi, tetapi juga mempererat hubungan antara mahasiswa dengan masyarakat setempat. Mahasiswa KKN ITB AD Lamongan berharap bahwa dengan informasi dan pengetahuan yang diberikan, masyarakat dapat lebih berdaya dalam menjaga kesehatan anak-anak mereka dan memutus mata rantai stunting di daerah tersebut.(PN).
Posting Komentar