Reintepretasi Islam Berkemajuan dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Perguruan Tingi Muhammadiyah

Pemikiran “Islam Berkemajuan” sudah tidak asing di telinga pembaca. Konsep ini telah mensejarah dan melekat pada sebuah organisasi bernama Muhammadiyah. Sebagai gerakan, Islam dijadikan sebagai landasan filosofis dalam mewujudkan umat manusia yang tercerahkan.

Secara ideologis, Islam berkemajuan bertujuan untuk memberikan pencerahan melalui transformasi yang bersumber dari Al-qur’an dan Al-Hadist, dengan menghadirkan dakwah dan pembaruan secara nyata dalam dinamika kehidupan umat secara universal.

Pada acara Darul Arqon di Malang (30/06/2024) Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Nazaruddin Malik menjelaskan bahwa Darul Arqom merupakan program doktrinal dalam menanamkan dan menyemaikan ideologi Muhammadiyah. Sehingga dapat menjamin tumbuh kembangnya Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang tercermin dalam setiap perilaku pada diri anggota.

Pandangan Islam berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah menciptakan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam. Ideologi ini telah membawa pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai manifestasi Islam berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari berbagai bentuk keterbelakangan, penindasan, stagnasi, dan ketidakadilan dalam kehidupan manusia.

Realitas sosial yang semakin kompleks, perlu direspon Muhammadiyah dengan sikap yang tidak kaku. Hal ini menunjukkan dan mempertegas bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang selalu dapat hidup di segala zaman.

Perlu kiranya ada reintepretasi atas teks-teks yang dijadikan sebagai landasan bergerak. AIK yang berada di Perguruan Tinggi diharapkan mampu menjadi penerang. Agar, bisa menularkan pikiran-pikiran yang berkemajuan.

Semua lembaga di dalam Persyarikatan Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk mengaktualisasikan konsep dasar Islam Berkemajuan dalam setiap gerakan dan langkah mereka sebagai pelayanan kepada umat Islam, bangsa Indonesia, dan seluruh umat manusia.

Tanggung jawab ini adalah konsekuensi bagi setiap anggota Muhammadiyah yang secara sadar dan sukarela memilih Muhammadiyah sebagai wadah untuk berdakwah dan melakukan pembaruan, beramal, dan berkhidmat demi mencapai ridha Allah SWT. Untuk mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak berdasarkan prinsip kebaikan dan ketakwaan.

Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Sebagai salah satu lembaga yang berada di bawah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Perguruan Tinggi menjadi tempat laboratorium mencetak kader berintelektual, harus mampu mengintegrasikan antara Islam dan sains.

Tujuan pendidikan adalah untuk memperkuat iman, takwa, dan akhlak mulia, serta memberikan dampak positif bagi kemajuan intelektual, literasi keberagamaan, dan kemajuan ekonomi, sosial, budaya, dan politik di seluruh penjuru tanah air.

Cara berpikir progresif membuka peluang luas bagi penelitian yang mampu menghasilkan penemuan-penemuan baru, dan semua penemuan tersebut akan mendorong kemajuan cara berpikir.

Al-Qur'an mendorong manusia untuk mempelajari alam semesta sehingga ilmu pengetahuan berkembang sebagai rahmat Allah SWT. Oleh karena itu, memperkuat gerakan ilmu dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah memposisikan sebagai pembaharu untuk menghadapi tantangan zaman dan meningkatkan kualitas kehidupan.

Prof. Khuzdaifah Dimyati, menyerukan kepada Penguruan Tinggi Muhammadiyah untuk mendorong publikasi ilmiah bukan hanya pada skala nasional, melainkan harus bisa sampai ke skala internasional.

Perluasan sayap gerakan Muhammadiyah dilakukan karena keyakinan bahwa pikiran yang dihasilkan dari Perguruan Tinggi Muhammdiyah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Islam secara khusus dan dunia pada umumnya. Internasionalisasi ini merupakan bentuk dakwah untuk memberikan manfaat bagi kemajuan umat manusia.

Islam berkemajuan menempatkan ilmu, teknologi, dan seni sebagai jalan yang serentak dari dialog wahyu dengan realitas kehidupan manusia yang terus berkembang dalam memahami dan mendekati kehendak Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia secara universal.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil capaian manusia yang harus dimanfaatkan untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama. Sesuai dengan prinsip ini, ilmu pengetahuan seharusnya tidak dipertentangkan dengan agama.

Sebaliknya, praktik beragama yang tidak melibatkan ilmu pengetahuan merupakan bentuk keberagamaan yang terbelakang. Ilmu pengetahuan juga memainkan peran penting dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam.

Semakin luas ilmu pengetahuan seseorang, semakin terbuka peluang untuk memahami kekayaan dan keunggulan ajaran Islam. Sebaliknya, semakin kurang pengetahuan seseorang, semakin terbatas wawasan dalam memahami dan mengamalkan Islam.

Muhammadiyah semakin mengokohkan diri sebagai gerakan pendidikan inklusif dengan mengembangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi, keadilan, dan kemanusiaan universal. Model pendidikan ini dirumuskan karena Muhammadiyah meyakini bahwa pembaruan (tajdid) pendidikan harus dilakukan dengan tujuan membawa masyarakat keluar dari krisis kemanusiaan.

Ajaran Islam menekankan pentingnya refleksi terhadap masa lalu dan orientasi ke depan. Al-Qur'an dan al-Sunnah menjadi sumber ajaran Islam yang ditafsirkan, diberi makna, dan diimplementasikan oleh generasi setelah Nabi Muhammad SAW.

Pada masa itu, peradaban Islam dengan kekayaan material dan spiritual yang berharga diwariskan kepada generasi berikutnya. Kekayaan masa lalu ini harus menjadi cerminan bagi umat Islam untuk mengambil hikmah dan siap menghadapi tantangan zaman ini dan masa depan.

Prestasi mereka pada masa lampau dapat menjadi sumber inspirasi, memungkinkan Perguruan Tinggi di bawah Muhammadiyah untuk berijtihad dalam membangun pemikiran baru dan perjuangan baru dalam menghadapi perubahan kehidupan yang terus berlangsung, sehingga mampu menjalankan peran sebagai hamba Allah, khalifah Allah, dan umat terbaik di dunia ini.

Penulis : Dadang Wiratama

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama